FIAT JUSTICIA ET PEREAT MUNDUS

25 Maret 2008

BERAS DUNIA NAIK, PETANI TERCEKIK

Harga beras dunia naik hingga menembus level 700 dollar AS per ton! Tentunya hal ini adalah hal yang membahagiakan bagi pedagang besar dan pemerintah. Namun tidak bagi petani. Kenapa?
Penyebabnya karena harga gabah lokal turun sebagai akibat melimpahnya produksi gabah petani. Situasi ini kian membuat petani terpuruk dan makin miskin. Pasalnya harga pembelian dari pemerintah tak sebanding dengan biaya produksi dan harga pasar. Muncul wacana dari Ketua Umum Dewan Koperasi Indonesia, Adi Sasono, untuk mengekspor beras ke luar negeri untuk menekan dan menyalurkan gabah petani agar tidak terlalu memenuhi dalam negeri sekaligus untung meraup untung dari naiknya harga beras dunia. "Momentum kenaikan harus bisa dimanfaatkan oleh Indonesia untuk meningkatkan perekonomian", kata Adi Sasono. Petani Indonesia tidak dapat menikmati kenaikan pangan dunia karena menurut Ketua Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia, Abdul Wahid, "Ketidakmampuan pemerintah menetapkan kebijakan yang tepat".
Suara petani pun tak pernah didengar pemerintah. Hal ini berakibat timbulnya salah perhitungan di pihak pemerintah sehingga merugikan petani. Hal ini tentunya sangat disesalkan oleh banyak pihak. Seperti dalam kasus impor gula misalnya. Kebijakan Departemen Pertanian untuk mendorong pemaksimalan produksi tebu, dikalahkan kebijakan impor gula dari Departemen Perdagangan. Padahal petani tebu sudah "teriak-teriak" bahwa 110.000 ton gula dalam negeri masih mampu dicukupi oleh gula lokal. Dewan Gula pun "terpaksa" mengingkari keputusannya sendiri untuk tidak mengimpor gula dengan meluluskan impor gula sebanyak 110.000 ton itu.
Saat ini pemerintah dituntut untuk segera mengeluarkan kebijakan pertanian sehubungan dengan kenaikan harga pangan dunia. Tentunya ini semata-mata demi kesejahteraan petani dan peningkatan ekonomi Indonesia.


Tidak ada komentar: